TANGERANG, KOMPAS.com - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada tahun 2010 segera mengoperasikan pesawat terbang mini nir awak atau "Puna" sebagai pendukung pertahanan keamanan nasional dan pengintai teroris.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Kusmayanto Kadiman mengatakan, BPPT sudah melakukan penelitian dan berhasil mengembangkan Puna sebagai pesawat pengintai dari udara terhadap apa yang sedang terjadi di darat dan laut.
Ia mengatakan, Puna nantinya akan digunakan oleh militer dan aparat kepolisian Indonesia dalam melakukan penyusupan terhadap aktivitas di daerah rawan konflik.
"Puna juga melakukan pengintaian terhadap teroris yang sedang bersembunyi di lokasi yang sulit dijangkau," kata Menristek di Tangerang, Sabtu (17/10).
Pesawat Puna juga dilengkapi kamera mini untuk memotret kejadian di lapangan dan melaporkan kepada pihak terkait sebagai barang bukti.
Menristek mengatakan, pesawat Puna saat ini sedang dalam tahap proses pembuatan akhir dan akan dioperasikan pada tahun 2010.
"Kita ingin menunjukan pesawat Puna buatan peneliti Indonesia bisa digunakan sebagai pendukung keamanan nasional, jadi tidak harus dibeli dari luar negeri," ujar Menristek.
Sementara itu, Direktur Pusat Teknologi Industri Pertahanan Keamanan BPPT, Joko Purwono menyatakan, Puna dapat mencapai ketinggian di udara hingga 120 kilometer (km).
Puna merupakan pesawat otonomos dilengkapi kamera pengintai dan tidak dikontrol melalui remote. Joko menambahkan, Puna memiliki panjang badan empat meter dan panjang sayap tujuh meter dengan jangkau ketinggian yang cukup di atas udara.
"Pesawat Puna akan diproduksi tahun depan oleh PT Dirgantara Indonesia (DI), untuk saat ini pesawat tersebut sedang dalam proses penyempurnaan," ujar Joko.
Selain itu, kata Joko BPPT juga mengembangkan dua pesawat pengintai mini tipe lain yakni pesawat Sriti seberat 10 kilogram (kg) dan pesawat pengintai yang dinamai Alap-Alap dengan berat 25 kg, untuk memantau perairan laut Indonesia.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Kusmayanto Kadiman mengatakan, BPPT sudah melakukan penelitian dan berhasil mengembangkan Puna sebagai pesawat pengintai dari udara terhadap apa yang sedang terjadi di darat dan laut.
Ia mengatakan, Puna nantinya akan digunakan oleh militer dan aparat kepolisian Indonesia dalam melakukan penyusupan terhadap aktivitas di daerah rawan konflik.
"Puna juga melakukan pengintaian terhadap teroris yang sedang bersembunyi di lokasi yang sulit dijangkau," kata Menristek di Tangerang, Sabtu (17/10).
Pesawat Puna juga dilengkapi kamera mini untuk memotret kejadian di lapangan dan melaporkan kepada pihak terkait sebagai barang bukti.
Menristek mengatakan, pesawat Puna saat ini sedang dalam tahap proses pembuatan akhir dan akan dioperasikan pada tahun 2010.
"Kita ingin menunjukan pesawat Puna buatan peneliti Indonesia bisa digunakan sebagai pendukung keamanan nasional, jadi tidak harus dibeli dari luar negeri," ujar Menristek.
Sementara itu, Direktur Pusat Teknologi Industri Pertahanan Keamanan BPPT, Joko Purwono menyatakan, Puna dapat mencapai ketinggian di udara hingga 120 kilometer (km).
Puna merupakan pesawat otonomos dilengkapi kamera pengintai dan tidak dikontrol melalui remote. Joko menambahkan, Puna memiliki panjang badan empat meter dan panjang sayap tujuh meter dengan jangkau ketinggian yang cukup di atas udara.
"Pesawat Puna akan diproduksi tahun depan oleh PT Dirgantara Indonesia (DI), untuk saat ini pesawat tersebut sedang dalam proses penyempurnaan," ujar Joko.
Selain itu, kata Joko BPPT juga mengembangkan dua pesawat pengintai mini tipe lain yakni pesawat Sriti seberat 10 kilogram (kg) dan pesawat pengintai yang dinamai Alap-Alap dengan berat 25 kg, untuk memantau perairan laut Indonesia.
Posting Komentar